Alif = Hakikatnya Cahaya Merah
Lam (Awwal ) = Hakikatnya Cahaya Kuning
Lam (Akhir) = Hakikatnya Cahaya Putih
Ha = Hakikatnya Cahaya Hitam
Tasydid = Hakikatnya Johar Awwal
Maka carilah tarekat yang bisa membukakan hijab atau penutup yang menyelubungi Dzat dan Sifat-Nya Allah Ta’ala, demikian juga hakikat dari Tasydid lafad Muhammad yang terdapat dalam diri ini. Karena itulah merupakan kunci untuk membuka hijab yang menyelubungi Dzat dan Sifat-Nya Allah Ta’ala, sehingga kita dapat menemukan-Nya, untuk dapat memenuhi kriteria “MULIH KA JATI MULANG KA ASAL”(pribahasa bahasa sunda), yaitu : “Kembalinya Rasa Jasmani yang sekarang sedang dipakai, kepada Rasa Ruhani dimana kita berada dalam “NURULLAH” (Johar Awwal)”. Sedang Kembali lagi Ke Asal yaitu : “Kembalinya Jasmani ke asalnya lagi yaitu menjadi Nur Muhammad atau kembali ke Cahaya yang 4 (empat) Jenis yang disebut juga intisari bumi / adam. Dan sewaktu waktu kita bisa kembali ke asal, maka kita bisa sempurna, artinya habis, bersih rasanya, sempurna jasmani dan rohaninya.
MENGENAL DZAT ALLAH TA’ALA
Bagaimana caranya kita mengenal Dzat Allah? Dimana? Kemana kita harus mencari Dzat Allah? Apakah harus ke Mekkah ataukah ke negeri Cina? Apakah sedemikian jauhnya Dzat Allah itu berada?
Bagi umat Islam sebagai bahan rujukannya adalah Al Qur’an dan hadits qudsy serta hadist Rosulullah SAW.
“Barang siapa mencari tuhan-Nya keluar dari dirinya sendiri, Maka jelas – jelas telah tersesat, tersesat yang sangatjauh.”
Karena sesungguhnya “DIA” adalah dekat :
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
(AL Qaf 50 : 16).”
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran .
(al-Baqarah 2:186).
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
(QS: Fushshilat Ayat: 53)
“Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.”
(QS: Fushshilat Ayat: 54)
”Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kamu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
(QS At-Taubah 9:128)
“dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
(QS Ad Dzaritat 51:21)
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.”
(QS Al Anfaal 8:24)
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .”
(QS At Tien 95:4).
“Siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal tuhannya”
“Barang siapa mengenal dirinya sendiri, maka ia akan mengenal tuhannya, dan barang siapa yang mengenal tuhannya, maka lidahnya akan kelu.”
Ditanyai Ibnu Hajar al-Haitamy r.a. mengenai hadits ini : Siapakah yang meriwayatnya?. Beliau Ibnu Hajar al-Haitamy r.a, menjawab dengan perkataannya: “Hadits tersebut tidak ada asal baginya. Perkataan tersebut hanya dihikayah dari perkataan Yahya bin Mu’az al-Razy, seorang sufi. Maknanya adalah barang siapa yang mengenal dirinya dengan sifat lemah, membutuhkan, lalai, hina dan tidak tercapai maksud, maka akan mengenal tuhannya dengan sifat-sifat jalal dan jamal atas yang patut bagi kedua sifat itu, maka seorang hamba selalu melakukan muraqabah sehingga dibukakan kepadanya pintu musyahadahnya. (Ibnu Hajar al-Haitamy, al-Fatawa al-Haditsah, Darul Fikri, Beirut, Hal. 206)
Apakah hadits ini tsabit atau tidak ? dan apa maknanya?”. Jawab : “Hadits itu tidak tsabit. Seandaipun tsabit, maknanya adalah barang siapa yang mengenal dirinya dengan sifat dha’if, berhajad kepada Allah Ta’ala dan ber’ubudiyah kepada-Nya, maka akan mengenal tuhannya dengan sifat Kuasa, Perkasa, Rububiyah, Sempurna Mutlaq dan sifat-sifat yang tinggi. Dan barang siapa yang mengenal tuhan dengan demikian, maka kelu lidahnya dari sampai kepada hakikat syukur dan puji kepada tuhannya, sebagaimana tersebut dalam hadits Shahih Muslim dan lainnya, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Maha Suci Engkau Ya Allah, tidak dapat aku hitung pujian atas-Mu sebagaimana pujian-Mu atas diri-Mu”. ( An-Nawawi, al-Fatawa, Hal. 136.)
Dalam mencari, mengenal adanya Dzat Allah, kita juga diberi petunjuk oleh Al-Qur’an , agar kita membaca kitab, bukan sekedar kitab yang sifatnya dapat rusak (Fana), karena Allah Ta’ala telahpun memberikan petunjuk lewat kitab yang langgeng adanya, sebagaimana Ayat dibawah ini :
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu".
(QS Al-Isra’ 17:14).
Karena dengan kitab yang terdapat dalam diri kita, kita bisa langsung merasakan Qudrat dan Iradat-Nya Allah Ta’ala. Kita bisa merasakan dengan jelas dan nyata akan Dzat-Nya yang bersemayam dalam diri kita.
Mengenal Allah ada 4 (empat) cara yaitu mengenal wujud Allah, mengenal Rububiyah Allah, mengenal Uluhiyah Allah, dan mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah.
Keempat cara ini telah disebutkan Allah di dalam Al Qur’an dan di dalam As Sunnah baik global maupun terperinci.
Ibnul Qoyyim dalam kitab Al Fawaid hal 29, mengatakan: “Allah mengajak hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur’an dengan dua cara yaitu pertama, melihat segala perbuatan Allah dan yang kedua, melihat dan merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran Allah seperti dalam firman-Nya:
“SeSngguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal.”
(QS. Ali Imran 3: 190)
0 komentar:
Posting Komentar