Wajib Ma'rifat Kepada Allah


Ma’rifat kepada Allah Ta’ala adalah wajib hukumnya bagi setiap manusia yang Mukallaf. ( Mukallaf ialah orang yang berakal sehat dan telah baligh / telah berumur lima belas tahun atau telah mengeluarkan darah putih (air mani) meskipun dengan cara bermimpi bagi pria. Dan bagi wanita apabila telah berumur sembilan tahun, telah mengeluarkan darah haid atau telah mengeluarkan air mani, baik dengan cara persetubuhan suami istri atau dengan cara bermimpi.)

Sebagaimana Sabda Rosulullah SAW :


AWWALUD DIINI MA’RIFATULLAHI TA’ALA
Maksudnya : Awalnya Agama Adalah Mengetahui akan Allah Ta’ala

Sebabnya kita harus mengenal Allah Ta’ala terlebih dahulu dalam agama adalah, agar manusia dalam menjalankan ibadahnya dapat diterima oleh Allah Ta’ala.

Demikian halnya, maka amaliah haruslah beserta ilmunya, karena amaliah yang tidak diserati ilmunya adalah sia-sia belaka, dan tidak akan bermanfaat untuk bekal di akhirat, mungkin hanya bisa bermanfaat tatkala kita didunia saja.

  • Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang beramal tidak mengikuti perintah kami (sesuai Ilmunya), maka akan ditolak." (HR Muslim)
  • Imam Syafii berkata, "Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya akan ditolak sia-sia." (Matan Zubad, juz I, hlm 2, Majallatul buhuts al-Islamiyah, juz 42, hlm 279).
  • Dalam kitab Zubad karangan Ibn Ruslan dikatakan:wa kullu man bi ghairi ilmin ya'malu // a'maluhu mardudatun la tuqbalu.
  • Setiap orang yang mengamalkan sesuatu tanpa ilmu // maka amalnya ditolak, tidak diterima. Itu namanya amal-amalan, bukan amal yang sesungguhnya.

Tapi dalam masalah ilmu, kita harus waspada dan hati-hati, jangan sampai kita keliru. Dan Ilmu sendiri adalah : “PENGETAHUAN”. Tapi bukan hanya kita harus tahu tentang hukum-hukum syara’ saja yang menjelaskan sah dan batalnya ibadah, tapi kita wajib mengetahui (MA’RIFAT) pula kepada Allah Ta’ala, dan Rosulullah. Sebab itu adalah diibaratkan sebuah tempat untuk menyimpan semua amal ibadah kita semua, sehingga tidak sampai tercecer.

Sebagai perumpamaan kita hidup dalam keseharian di dunia ini, setiap saat kita mengumpulkan barang-barang kebutuhan rumah kita baik untuk kebutuhan dan bahkan mempercantiknya, seperti meja, kursi, almari, dan sebagainya. Demikian halnya Ma’rifat kepada Allah Ta’ala, bagaikan kita memiliki rumah yang kokoh dan besar, dan amaliah di ibaratkan dengan barang barang yang kita kumpulkan dengan jerih payah kita, agar ianya bisa disimpan, ditempatkan pada tempat yang layak, agar kita bisa kerasan dalam menempati rumah kita tersebut.

Berbeda dengan kalau kita tidak memiliki rumah (tempatnya), sekalipun kita banyak memiliki barang-barang bagus, berkwalitas, dan mahal, tapi kita tidak memiliki tempat untuk menyimpannya. Dan tak mungkin kita menyimpan barang-barang yang kita miliki di halaman terbuka, atau di manapun, sehingga kitapun tidak akan nyaman menempati tempat kita tersebut. Demikan halnya barang barang tersebut pasti cepat rusak, lapuk dimakan hujan dan panas, sehingga kita tidak dapat menikmati hasil jerih payah kita tersebut.

Apalagi kita berkehendak membawa semua amliah kita untuk bekal nanti di Akhirat, maka lebih wajib bagi kita untuk ma’rifat kepada Allah Ta’ala, sebab itu akan digunakan kita untuk tempat amaliah kita nantinya.

Umpama ini tidaklah kita ketahui sejak dini, maka akankah kita mampu kembali ke asal kita nantinya?? Karena tatkala Sakaratul Maut datang, tak ada lagi tempat pertanyaan, dan Akliah kita hanya mampu merespon rasa sakit yang begitu dahsyat tatkala sakaratul maut datang.
  • Dalam Al-Quran Allah Ta’ala berfirman tentang saat-saat terakhir kehidupan ini, “Dan tidaklah tobat diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, ia mengatakan, `Sesungguhnya saya bertobat sekarang ….’.” (Qs an-Nisa’ [41: 18)
  • Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadits, “Taubat seorang hamba tidak akan diterima ketika ia telah mencapai ajal.”
  • Siti Aisyah Ra berkata, “Aku tak percaya bahwa rasa sakit saat ajal seseorang yang lain lebih ringan daripada rasa sakit saat kematian Rasulullah seperti yang ku-saksikan.” Rasulullah Saw berdoa, “Ya Allah Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengambil nyawa dari ruas, sendi, tulang-belulang bahkan dari ujung jari. Ya Allah Tuhanku, mudahkanlah kematian itu untukku.” Beliau bersabda sesaat menjelang ajalnya, “Rasa sakit saat kematian datang ibarat ditetak dengan 300 mata pedang.”
  • Firman Allah SWT: “Oleh itu, bukankah ada baiknya mereka mengembara di muka bumi supaya – dengan melihat kesan-kesan yang tersebut – mereka menjadi orang-orang yang ada hati yang dengannya mereka dapat memahami, atau ada telinga yang dengannya mereka dapat mendengar? (Tetapi kalaulah mereka mengembara pun tidak juga berguna) kerana keadaan yang sebenarnya bukanlah mata kepala yang buta, tetapi yang buta itu ialah mata hati yang ada di dalam dada” (al-Hajj:46)
  • Allah berfirman: “Sesungguhnya telah Kami sediakan untuk penghuni neraka dari golongan jin dan manusia; mereka mempunyai hati, tetapi tidak menggunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah, mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat, mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak , bahkan lebih sesat lagi. Mereka adalah orang-orang yang alpa (tidak berzikir)” (Al-A’raf:17 ) “
  • Allah berfirman: “Sesiapa yang buta di dunia buta juga di akhirat”.(Surah Bani Israil, ayat 72).
Inilah yang menjadi masalah kepada hati manusia tatkala hatinya sudah menjadi buta. Tidak berfungsi sebagaimana sepatutnya. Demikian, umpama kita buta kepada Allah Ta’ala dan Rosulullah waktu di dunia, maka di akhirat pun ia tetap akan buta. Dan semasa di akhirat dengan keadaan buta, mampukah kita membawa amaliah kita yang begitu banyak?? Dan akan dibawa kemana semua amaliah kita tersebut ??.

Karena kita tidak mampu kembali kepada Allah tempat kembalinya kita semua, maka amaliah kita akan kita bawa-bawa kemanapun kita bawa, sehingga mungkin suatu saat kita tersesat ke alam-alam siluman, dan amaliah bawaan kita akan dijadikan kekayaan di alamnya, serta kita sendiri akan dijadikan budaknya.

Oleh sesab itu, selagi kita masih hidup di dunia mari kita ikhtiyar untuk bisa Ma’rifat kepada Allah Ta’ala, kita harus sedia payung sebelum hujan (Pribahasa), maksudnya adalah kita harus bisa bepergian ke hari kemudian, atau mati sebeum mati, sebab tanpa kita mati kita tak akan mampu tahu tentang alam akhirat, dan untuk tahu alam akhirat, maka kita harus bisa belajar mati sebelum kita mati.


ANTAL MAUTU – QOBLAL MAUTU
“Matilah kamu sebelum kamu Mati”


” Wahai manusia ! Sesungguhnya kamu harus berusaha dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk bertemu dengan Tuhanmu, sampai kamu bertemu dengan-Nya “.( QS Al Insyiqoq 84 : 6 )

Dengan demikian, Alam Akhirat atau asal muasal kita adalah harus kita ketahui sejak sekarang sewaktu kita masih di alam dunia, agar nanti kita tidak tersesat jalan waktu kita di panggil pulang ke Khadirat-Nya.

Ditulis Oleh : Unknown ~Teleng Rasa Gumilang Jati

Artikel Wajib Ma'rifat Kepada Allah ini diposting oleh Unknown . Terimakasih atas kunjungan Saudara, serta kesediaan Saudara membaca artikel ini. Kritik dan Saran dapat Saudara sampaikan melalui kotak komentar. Sungguh Merasa terhormat,bila Saudara sudi berbagi melalui Komentar ini, Silahkan.... Blog ini terbuka untuk semua...

0 komentar:

Posting Komentar