JALAN-JALANNYA MA’RIFAT KEPADA ALLAH TA’ALA
Sedang jalan untuk Ma’rifat kepada Allah Ta’ala, adalah ada 2 (Dua) Jalan :
1. Perjalanan Ma’rifat dari bawah ke atas
Adapun yang dimaksud Perjalanan Ma’rifat kepada Allah Ta’ala dari bawah ke atas adalah mereka yang menjalani perjalanan Ma’rifatnya berawal dari mempelajari ilmunya di sekolah-sekolah, pesantren-pesantren, dengan mempelajari kitab-kitab, Al-qur’an, dan mengamalkannya. Yang demikian adalah merupakan perjalanan Ma’rifat kepada Allah Ta’ala. Tapi sayang banyak diantaranya yang tidak tersampaikan ke jalan Ma’rifat kepada Allah Ta’ala tersebut, mereka kebanyakan sudah merasa kerasan (terlena) karena kebesaran “ASMA”, artinya mereka sudah merasa nikmat dan berhenti hanya setakat “PAL-MUNJUK” (“PAL-MUNJUK”adalah papan merk yang menunjukan tempat). Padahal kalau mereka meneruskan lagi ke jalan Ma’rifat kepada Dzat dan Sifat-Nya apakah tidak bertambah kenikmatan yang akan di perolehnya nanti, sedangkan baru sampai Ma’rifat kepada “ASMA”-Nya saja sudah begitu nikmatnya, apatah lagi kalau mereka meningkatkannya kepada yang lebih.
2. Perjalanan Ma’rifat dari atas ke bawah
Adapun mereka yang menjalani perjalanan Ma’rifat kepada Allah Ta’ala dari atas ke bawah, adaah mereka yang memenuhi persyaratan :
AWWALUD DIINI MA’RIFATULLAHI TA’ALA
Maksudnya : Awalnya Agama Adalah Mengetahui akan Allah Ta’ala
Kebanyakan diantara mereka adalah dengan jalan “NGAJI DIRI” dengan banyak tirakat dan ikhtiyar mencari Guru Mursyid, Guru Yang Hak benarnya, sebab tanpa ada pembimbing dari Guru kita tidak akan pernah tahu, bahkan sampai kepada Ma’rifat Allah Ta’ala.
Demikian halnya, maka jalan yang harus kita tempuh adalah “TAREKAT PARA WALI” Karena jalan inilah yang akan membimbing kita untuk bisa sampai Ma’rifat kepada Sifat Allah Ta’ala, atau yang disebut dengan “JOHAR AWWAL” yaitu hakekatnya “MUHAMMAD”.
Sebagaimana kita mengenang perjuangan Para Waliyullah, yang begitu gigih untuk banyak melakukan penyampaian dan tirakat dalam rangka membela ummat Rosululah SAW, agar diakhir hayatnya bisa kembali lagi kepada Allah Ta’ala.
Dengan demikian mari kita semua mencari jalan TAREKAT WALI tersebut, sebab kalau kita tidak cepat mencarinya, dan lebih terdahului oleh kematian, tentu kita tidak akan mampu untuk kembali lagi ke asal. Pasti nyawa kita akan terseret dan kembali lagi ke dunia, menitis kepada barang yang tidak abadi, karena tidak bisa memenuhi :
Maksudnya : …………"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada Allah jualah kami kembali".(Al-Baqoroh: Ayat:156)
Mungkin kita semua tahu akan isi penggalan ayat tersebut, namun betapa kita percaya apakah benar diri ini asalnya dari Allah Ta’ala..??. percaya atau tidak percaya, secara lahiriah kita tidak merasakan, kalau kita berangkat dari Allah, untuk turun kealam dunia ini. Tapi karena adanya dalil dari ayat tersebut diatas, maka mau tidak mau kita harus mengatakan kalau kita berasal dari Allah Ta’ala, karena takut dikatakan kuffur atau kaffir sebab tidak percaya dengan ayat tersebut. Tapi saya yakin, dengan apa yang di maksud oleh ayat tersebut, kita masih buta karena kita sama sekali tidak merasakan atau lupa, kalau kita berasal dari Allah Ta’ala.
Dengan demikian, mari kita telusuri kalau kita adalah benar datangnya dari Allah Ta’ala, agar dapat difahami dan dapat dimengerti oleh akal.
Pertama mari kita jawab pertanyaan ini “Kita Berasal Darimana??”
Secara Umum, manusia keluar dari rahim seorang ibu, dan ibu berasal dari ibunya ibu dan seterusnya akan sampai ke Ibunda “HAWA”, sedangkan Ibunda HAWA sendiri menurut berbagai sumber, beliau berasal dari tulang rusuk nya Nabi ADAM (Manusia Pertama ).
Allah berfirman dalam Al-qur’an Surah Annisa : 1 :
“Wahai sekalian manusia! bertaqwalah kepada Tuhan kamu yang telah menjadikan kamu (bermula) dari diri yang satu (Adam), dan yang menjadikan daripada (Adam) itu pasangannya (isterinya - Hawa), dan juga yang membiakkan dari keduanya - zuriat keturunan - lelaki dan perempuan yang ramai. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut-nyebut namaNya, serta peliharalah hubungan (silatur-rahim) kaum kerabat kerana sesungguhnya Allah sentiasa memerhati (mengawas) kamu”. (Annisa:1)
Sedang Nabi ADAM sendiri diciptakan Allah Ta’ala dari :
Di katakana oleh imam Ats-Tsa’labi:
Ketika Allah hendak menciptakan Adam dari tanah, terlebih dahulu Allah mengabarkan kepada bumi: “Hai bumi, Aku akan ciptakan manusia dari saripatimu. Sebagian meraka ada yang taat kepada-Ku dan sebagian lainnya durhaka kepada-Ku. Siapa yang taat kepada-Ku maka akan Aku masukkan dia kedalam sorga-Ku, dan siapa yang durhaka kepada-Ku akan Aku masukkan dia kedalam neraka-Ku”. (Inilah asal mula kenapa manusia ada yang taat dan ada pula yang durhaka.)
Kemudian Allah mengutus kepada Jibril untuk turun ke bumi mengambil segenggam tanah. Ketika Jibril hendak mengambil sebagian tanah itu, bumi menolak dan bersumpah: ”Demi Allah, aku berlindung kepada-Mu dari utusan-Mu, agar Engkau tidak mengambil sebagian dari kami jika nantinya akan menjadi penghuni neraka”. Karena sumpah itu, akhirnya Jibril batal mengambil tanah itu dan melaporkan kejadiannya kepada Allah Ta’ala. (Inilah kenapa kita tidak boleh sembarangan mengucapkan kata sumpah)
Kemudian Allah menyuruh Mikail untuk mengambilnya. Bumi bersumpah lagi dan malaikat Mikailpun batal mengambil tanah itu.
Kemudian Allah menyuruh Malikat Izroil. Ketika Izroil turun ke bumi, ia langsung memukul bumi dengan pedangnya dan bumipun bergetar ketakutan, lantas malaikat Izroil mencabutnya segenggam. Tanah yang diambil oleh malaikat Izroil berasal dari tanah yang beragam dan di ambil satu genggam:
- Tinggi rendahnya, mulai dari tanah dataran tinggi dan rendah,
- Sifatnya, dari tanah liat dan gembur,
- Warnanya, ada yang hitam dan putih,
- Penjurunya, ada yang dari bumi paling barat, bumi paling timur, utara dan selatan
(Inilah asal-usul manusia menjadi berbeda-beda, mulai dari warna kulit, sifat (ada yang kasar/keras dan lemah lembut, tinggi dan pendeknya dan dan tempat tinggalnya).
Nabi sawsabda:
"أن الله خلق آدم من قبضة قبضها من جميع الأرض فجاء بنو آدم على مثل ذلك، منهم الطيب والخبيث والسهل والحزن وغير ذلك" رواه الترمذي مرفوعا
“Sesungguhnya Allah swt menciptakan Adam as dari segenggam tanah dari seluruh penjuru bumi, maka kemudian manusiapun seperti itu, yakni ada yang baik dan ada yang buruk, lemah lembut kasar, senang, sedih dan lainnya”. HR. Tirmidzi, hadis Marfu’.
Kemudian tanah itu di bawa menghadap Allah. Lalu Allah berfirman kepada Izroil: “Mengapa engkau tidak mengikuti sumpahnya (bumi) ?. Jawab Izroil: ”Perintah-Mu lebih aku ikuti dan aku takuti daripada sumpahnya”. Kemudian Allah berfirman: “Engkaulah Malaikat pencabut nyawa (malakul maut)” (Itulah asal mula malaikat Izroil di tugaskan sebagai pencabut nyawa).
Ketika Izroil mengambil paksa (mencabut) sebagian dari bumi, bumipun menangis merasa kehilangan (Inilah sebabnya kenapa setiap kematian di tangisi oleh keluarga yang di tinggalkannya).
Kemudian Allah berfirman kepada bumi: “Sesungguhnya kelak akan Aku kembalikan kepadamu apa yang Aku ambil darimu itu”.
Dalam Surah Thaha: 55 Allah berfirman: “Dari bumi (tanah) Kami jadikan kamu dan kepadanya Kami akan kembalikan kamu dan daripadanya Kami akan keluarkan kamu pada kali yang lain’.
Kemudian Allah menyuruh Izroil membawa tanah itu ke sorga agar di serahkan kepada malaikat Ridwan (penjaga sorga), tak terkecuali tanah warna putih. Untuk tanah putih ini Allah menyuruh malaikat Jibril yang menyerahkannya kepada malaikat Ridwan. Dari tanah putih ini Allah ciptakan para Nabi. Lantas Allah menyuruh malaikat Ridwan untuk mencampur tanah itu dengan air Tasnim (Ialah air sorga yang di minum oleh orang-orang yang dekat dengan Allah), sampai jadilah sebuah cairan tanah yang sangat besar.
0 komentar:
Posting Komentar